Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » » Merobek Kemiskinan

Merobek Kemiskinan


Kemiskinan merupakan sesuatu hal yang riskan bagi kebanyakan orang. Karena kemiskinan membuat sang pemiliknya tidak bisa berbuat banyak dalam melakukan beberapa hal. Misalnya dalam hal pendidikan, banyak orang-orang yang putus sekolah disebabkan oleh biaya yang tidak bisa dijangkau. Begitu juga dalam kesehatan, entah berapa banyak orang yang meninggal akibat gizi buruk dan makin merambahnya busung lapar.

Dalam literatur Islam dikatakan, hampir saja kefakiran mendekati pada kekufuran. Ini jelas, karena si empunya sifat ini bisa saja pindah agama karena tidak kuat dengan penderitaan yang ditanggung serta beban mental dan moral yang dipikulnya.

Dalam tinjauan al-Qur’an, sebagaimana yang telah ditafsirkan oleh Quraish Shihab dalam bukunya yang berjudul Wawasan al-Qur’an, sebab-sebab kemiskinan antara lain keengganan mereka untuk berusaha dan bekerja. Karena keengganan mereka inilah mereka hanya mendapatkan sedikit anugerah dari Allah. Padahal Allah telah memberikan banyak anugerah di muka bumi ini dan manusia diperintahkan untuk mencari anugerah itu. 

Sifat miskin yang berasal dari kata bahasa Arab sakana/sukun yang berarti diam, kiranya itu yang membuat orang menjadi miskin karena sikapnya yang selalu berdiam diri dan enggan untuk mencari anugerah yang tersebar di muka bumi ini.

”Tidak ada satu dabbah pun di bumi kecuali Allah yang menjamin rezekinya,” QS. Hud, 6. Ayat ini tepatnya pada kalimat dabbah mengisyaratkan kepada makhluk Tuhan agar selalu berusaha dan bergerak. Karena asal kata dabbah mempunyai arti bergerak. Jadi barang siapa yang bergerak dan mau berusaha maka dia akan mendapatkan anugerah yang telah disebar di muka bumi.

Agar terhindar dari kemiskinan tentunya dibutuhkan solusi yang jitu dan tepat karena ini bukanlah persoalan yang ringan. Tetapi setidaknya masalah ini bisa diminimalisir. Ada tiga pendekatan usaha yang harus dilakukan oleh semua kalangan bukan hanya si miskin saja yang harus merubah nasibnya.

Pertama, kewajiban setiap individu. Bagi si miskin sifat keengganan dan berdiam diri harus dihilangkan agar mereka bisa mendapatkan anugerah Allah. Hanya mengandalkan dari sifat meminta juga kurang baik karena ini akan menimbulkan sifat manja dan malas bekerja.

Kedua, kewajiban orang lain (masyarakat). Mereka yang mempunyai  kelebihan rezeki sudah seharusnya menafkahkan hartanya kepada yang tidak mampu. Berbagi kepada sesama merupakan bentuk solidaritas yang akan membawa perubahan bagi mereka. Bukankah Islam telah mengajarkan untuk mengeluarkan zakat bagi mereka yang mampu?

Ketiga, kewajiban pemerintah. Peran pemerintah juga berpengaruh terhadap kesuksesan pengentasan kemiskinan, salah satu sumber dananya adalah  melalui pajak. Itu bisa diberikan pemerintah kepada orang yang dianggap pantas menerimanya. Atau bisa juga dengan menyediakan lapangan pekerjaan dan pelatihan kerja. Di zaman yang sudah serba maju dan banyak penduduknya, orang-orang yang lemah semakin tertindas karena lapangan pekerjaan yang terbatas dan skil yang kurang memadai.

Jadi, kebersamaan yang dibina dari berbagai kalangan serta keyakinan dan kesungguhan untuk mengentaskan kemiskinan akan terwujud. Si miskin tidak enggan berusaha dan bekerja serta hanya berpangku tangan pada yang kaya dan yang kaya sadar akan kewajibannya untuk memperhatikan yang lemah. Dengan begitu, suatu komunitas yang baik akan terwujud, tanpa harus mengandalkan dan bersikap acuh tak acuh.



Pengirim : Arif Saefuddin
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger